banner 728x90

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca ‘Aneh’ di Samarinda yang Panas Padahal Masih Musim Hujan

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca 'Aneh' di Samarinda yang Panas Padahal Masih Musim Hujan

Dalam beberapa hari belakangan ini, temperatur udara di Kota Samarinda terasa sangat panas.

Terlebih saat siang hari.

Bahkan informasi dari BMKG menyebutkan, suhu di ibukota Provinsi Kalimantan Timur ini sempat menembus angka 35 derajat Celcius.

Padahal saat ini wilayah Kota Tepian dan sekitarnya masih masuk dalam musim penghujan.

‘Keanehan’ ini akhirnya terjawab dengan penjelasan resmi dari BMKG.

Berdasarkan analisis BMKG, curah hujan di sepuluh hari pertama pada Februari, menunjukkan curah hujan kategori rendah yang tampak di sebagian besar sebagian Kalimantan Timur dan Utara.

Begitu pula provinsi lainnya yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Gorontalo, dan sebagian Sulawesi Tengah.

Kondisi ini pun rupanya berlanjut di hari-hari berikutnya.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, menjelaskan jika selama sepuluh hari kedua pada Februari 2019, wilayah subsiden/kering mendominasi wilayah Indonesia hingga sepuluh hari terakhir Februari 2019, yang ditengarai sebagai MJO (Madden Julian Oscillation/massa udara basah) fase kering.

Kondisi ini, tambahnya, akan menyebabkan proses konvektif (penguapan) dan pembentukan awan hujan terhambat.

“Kondisi kurang hujan di wilayah-wilayah tersebut didukung oleh kondisi troposfer bagian tengah yang didominasi kelembaban udara yang relatif rendah. Ini sesuai dengan peta prediksi spasial anomali radiasi balik matahari gelombang panjang (OLR),” lanjutnya.

Herizal mengutarakan hal ini berdampak terhadap adanya peningkatan jumlah titik api (hotspot) pada dua pekan terakhir ini di beberapa wilayah.

BMKG IMBAU WASPADA

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca 'Aneh' di Samarinda yang Panas Padahal Masih Musim HujanSebagaimana terpantau oleh BMKG, daerah yang cukup signifikan berada di Riau (80 titik dari 24 titik pada pekan sebelumnya) dan Kalimantan Timur (7 titik).

Herizal menambahkan, kondisi kering ini akan berpotensi memudahkan terjadinya hotspot yang dapat memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan, yang akhirnya dapat menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara.

Ia mengimbau kepada Pemerintah Daerah, instansi terkait, dan masyarakat luas untuk terus waspada dan siap siaga terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan, bahaya polusi udara dan asap, potensi kekeringan lahan dan kekurangan air bersih dan terus mengikuti pembaharuan informasi.

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0821-522-89-123 atau email: hariankaltim@ gmail.com