![]()
HARIANKALTIM.COM — Bayangkan bangun pagi di Hari Raya Iduladha, udara sejuk, takbir menggema, dan… segayung air “kopi” menanti di kamar mandi.
Bukan kopi Arabika atau Robusta, melainkan suguhan spesial dari Perumdam Tirta Kencana Kota Samarinda untuk warga Bengkuring, Sempaja: air keran berwarna cokelat tua pekat, gratis, dan sudah tersedia lebih dari satu bulan.
“Kalau bisa diseduh, mungkin sudah kami jual,” celetuk Ria warga Jalan Terong Pipit 3, sembari menunjukkan ember berisi air yang tampak seperti hasil saringan ampas kopi. “Sayangnya ini bukan minuman, tapi sumber stres.”
Hari-hari biasa mungkin bisa dilewati dengan menampung, menyaring, atau menumpang mandi ke rumah tetangga.
Tapi saat Iduladha, kebutuhan air bersih melonjak: dari bersuci sebelum salat Id, mencuci tangan setelah menyembelih kurban, hingga membersihkan daging-daging yang akan dibagikan.
Sayangnya, alih-alih air jernih, yang keluar dari keran justru ‘kopi gelap tanpa gula.
Ia mengaku harus merogoh kocek tambahan untuk membeli air galon, demi bisa mencuci tangan dan alat dapur. “Iduladha kali ini lebih banyak ngelus dada daripada motong daging.”
Ketika dikonfirmasi melalui WhatsApp, sore tadi, Humas Perumdam Tirta Kencana, Taufik, menjawab singkat: “Terima kasih infonya.” Sebuah kalimat netral yang justru terdengar sarkastik di tengah keresahan warga.
Tentu saja, air bersih bukanlah hadiah lebaran — itu hak dasar. Tapi di Bengkuring, warga seakan sedang diberi program “Ngopi Bersama PDAM”, bedanya tanpa aroma, tanpa nikmat, dan pastinya tanpa ampun.
Sementara daging kurban dibagi-bagikan dengan gembira, air yang mestinya menyucikan justru mengundang caci.
Warga berharap, semoga setelah Iduladha, PDAM tak hanya membalas pesan dengan ucapan terima kasih, tapi juga datang membawa solusi — bukan air rasa kopi. (RED)







