Event  

Datang ke Balikpapan, Mantan Napi Terorisme Spesialis Merakit Bom Jadi Narasumber

Datang ke Balikpapan, Mantan Napi Terorisme Spesialis Merakit Bom Jadi Narasumber

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Institute Teknologi Kalimantan dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Timur menggelar dialog pelibatan civitas academica dalam pencegahan terorisme.

Kegaiatan digelar di aula utama ITK Balikpapan, Selasa (09/07/2019).

Dihadiri oleh 170 peserta dari berbagai unsur yaitu pejabat kampus, akademisi dan mahasiswa se-Balikpapan.

Narasumbernya adalah Direktur Pencegahan BNPT, Brigjend Pol Ir Hamli ME dan Kurnia Widodo (mantan narapidana kasus terorisme).

Datang ke Balikpapan, Mantan Napi Terorisme Spesialis Merakit Bom Jadi Narasumber

Untuk pembicara yang kedua ini sebelumnya memang dikenal sebagai pemain kawakan dalam dunia terorisme di Indonesia

Spesialisasinya merakit bom. Kurnia

Dia bergabung dengan kelompok radikal sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 1991.

Setelah lulus SMA, Kurnia meneruskan pendidikannya ke jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dunia perkuliahan membuatnya mengenal banyak orang yang sepaham dengannya.

Sekitar tahun 1994, Kurnia berinisiatif belajar merakit bom.

Ia belajar merakit bom dengan mengikuti petunjuk dari sebuah buku yang didapatnya dari perpustakaan.

“Selama proses merakit bom, saya nyaris meninggal tiga kali. Biasanya bom yang saya buat diledakkan di Jayagiri, Lembang,” tutur Kurnia dalam sebuah kesempatan.

Kurnia pernah mengikuti pelatihan militer di Aceh yang diadakan Dulmatin pada awal 2010. Usai menjalani pelatihan, Kurnia merencanakan aksi teror di Mako Brimob untuk membalas dendam atas kematian salah seorang rekan seperjuangannya.

“Tapi sebelum saya melakukan aksi itu, saya ditangkap di Padalarang sekitar Agustus 2010. Saya divonis enam tahun penjara,” katanya.

Di penjara membuat Kurnia menyadari kesalahannya.

Selama berada di balik jeruji besi, dia banyak berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Islam moderat.

Bahkan dalam beberapa kesempatan juga bertemu keluarga korban terorisme.

“Rasa empati saya muncul saat melihat keluarga korban meneteskan air mata di depan saya. Sejak saat itu saya menyadari apa yang kita lakukan telah menyakiti orang lain,” tutur Kurnia.

Pada 2014, Kurnia mendapat status bebas bersyarat.

Setelah bebas dari penjara, Kurnia bergabung dengan organisasi Aliansi Indonesia Damai (AIDA) dan aktif mengkampanyekan perdamaian.

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0821-522-89-123 atau email: hariankaltim@ gmail.com