Petani Lempake Gagal Panen, Rame-rame Nyari Ikan

Petani Lempake Gagal Panen, Rame-rame Nyari Ikan

Sudah sekitar sepekan banjir merendam sebagian besar wilayah Kota Samarinda.

Hingga Sabtu (15/06/2019), genangan air masih terlihat di beberapa kawasan ibukota Provinsi Kalimantan Timur ini.

Meski sempat surut, namun hujan yang kembali mengguyur sejak dinihari hingga pagi, membuat kekhawatiran terhadap ketinggian air.

Musibah kali ini memang terbilang cukup luas dan berdampak signifikan.

Bahkan disebut-sebut nyaris menyamai banjir besar pada 1998 silam akibat jebolnya Bendungan Benanga, Lempake.

Di Lempake sendiri, warga terdampak akibat banjir kali ini memang relatif kecil dibanding kelurahan lainnya yang mencapai ribuan.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, terdapat 57 jiwa warga Lempake yang menjadi korban banjir.

Hanya saja, kerugian materi juga dialami banyak pemukim lainnya di wilayah kelurahan tersebut.  

Maklum saja, Lempake merupakan salah satu sentra pertanian dan lumbung pangan bagi Kota Samarinda, selain Kecamatan Palaran.

Letak geografis Lempake berada di wilayah utara Samarinda, dan menjadi salah satu titik banjir yang lebih dulu tergenang ketimbang wilayah lainnya di dalam kota.

Akibat banjir saat ini ratusan hektar lahan persawahan di Lempake terendam air dan dipastikan gagal panen.

Menurut Bilal, salah seorang petani setempat, lahan pertaniannya ikut terendam air sejak beberapa hari lalu dan sekarang air semakin tinggi dan hampir menutupi lahan pertaniannya.

“Para petani di Kelurahan Lempake rata-rata mengalami gagal panen karena kini sudah masuk musim tanam. Baik tanaman jagung maupun padi yang baru kita tanam dipastikan mati. Semua gagal panen,” kata Bilal kepada Kantor Berita Antara.

Kondisi tersebut, dikatakan Bilal menimbulkan kerugian bagi para petani, setidaknya rugi pengeluaran pembelian bibit yang tidak membuahkan hasil.

Ia mengaku rugi Rp5 juta, yakni modal yang dikeluarkan untuk menanam benih padi yang idealnya menghasilkan sekitar 50 karung beras bila panen tiba.

Untuk itu, Ia berharap pemerintah menunjukkan kepeduliannya agar bisa membantu meringankan beban para petani yang gagal panen akibat bencana banjir.

“Jagung yang baru tumbuh juga mati, begitu juga dengan sayuran,” katanya.

Di sisi lain, banjir yang menggenangi persawahan memunculkan pemandangan baru.

Warga sekitar beramai-ramai mencari ikan menggunakan berbagai peralatan.

Banyak pula yang hanya sekadar menonton.

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0821-522-89-123 atau email: hariankaltim@ gmail.com