105 Peserta Lomba Menyumpit, Wanita pun Tak Mau Kalah

105 Peserta Lomba Menyumpit, Wanita pun Tak Mau Kalah

HARIANKALTIM.COM – Sumpitan adalah warisan masyarakat Dayak berupa senjata khas yang dulunya digunakan untuk berburu binatang dan alat pertahanan diri.

Seiring waktu, sumpitan tidak lagi digunakan sebagai senjata tradisional, melainkan telah diangkat menjadi salah satu jenis permainan tradisional Kalimantan.

Dalam rangka memeriahkan acara adat Erau Pelas Benua dan Hari Jadi Kota Tenggarong ke-240, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutai Kartanegara menyelenggarakan 11 perlombaan olahraga tradisional, salah satunya adalah sumpit ini.

Perlombaan menyumpit ini dilaksanakan mulai 28 – 29 September 2022, di halaman depan Museum Mulawarman.

Sebuah sumpitan terbuat dari kayu atau bambu dengan panjang 150-175 cm. Sedangkan untuk anak sumpitan terbuat dari bambu namun untuk sekarang menggunakan bahan fiber.

Cara bermainnya cukup unik karena permainan olahraga tradisional ini membutuhkan keterampilan.

Mulut ditempelkan ke kaliber sumpit, dengan konsentrasi untuk menyiapkan udara sebanyak-banyak.

Karena, keunikan permainan olahraga tradisional ini memang dilakukan dengan cara meniupkan ke kaliber sumpit agar anak sumpit terlepas dengan kencang menuju sasaran.

Sasaran dalam permainan sumpit biasanya seperti sasaran pada olahraga panahan.

Saat dihampiri di sela pertandingan, Nanang selaku Koordinator Olahraga Tradisional Menyumpit menjelaskan bahwa olahraga ini sudah ada sejak dulu namun belum diperlombakan.

105 Peserta Lomba Menyumpit, Wanita pun Tak Mau Kalah

“Dalam kesempatan kali ini kami mengadakan perlombaan dalam rangka Erau 2022,” ujarnya.

Nanang menjelaskan, ada 105 orang peserta yang terdata. Mereka berasal dari daerah Kukar sendiri, Kutai Timur, Bontang, dan Balikpapan. Bukan hanya pria, rupanya kaum wanita pun tak mau kalah ikut serta dalam pertandingan ini.

Sumpit dalam kegiatan ini menggunakan kayu yang di dalamnya dilapis alumunium dengan menggunakan anak sumpit berbahan fiber.

Dalam permainannya nanti para peserta diminta untuk menembakan anak sumpit dengan dua posisi.

Pertama adalah berdiri, dan yang kedua adalah dengan posisi jongkok, dengan jarak mulai dari 15, 20, hingga 25 meter.

Di bagian lain Nanang berharap olahraga menyumpit semakin banyak peminatnya.
“Karena saya lihat dari tahun ke tahun semakin banyak pesertanya. Saya berharap akan lebih banyak lagi peminatnya dan junior-juniornya semakin berkembang,” harapnya.

Ditambahkan, para pemuda harus menggantikan para pemain yang sudah tua-tua agar olahraga tradisional ini tidak hilang nantinya.

Media ini juga sempat menghampiri penonton dan menanyakan komentarnya mengenai kegiatan ini.

Ndaru Alam, penonton dari Tenggarong berpendapat bahwa even olahraga seperti ini sangat bagus.

“Karena ya kita sudah libur acara seperti ini selama 2 tahun karena pandemi Covid-19, kami sudah masuk ke titik jenuh jadi dengan adanya even seperti ini kami dapat terhibur lah,” ujarnya, tersenyum.

Ditanya harapannya, pemuda ini ingin kegiatan semacam ini agar lebih sering diadakan lagi, supaya masyarakat dan anak-anak tahu apa saja olahraga tradisional itu.

“Dan tentu saja agar kita bisa lebih terhibur. Karena kalau ada kegiatan seperti ini, suasana berkumpulnya bersama kawan atau keluarga untuk saling silahturahmi dan menghibur satu sama lain,” tuturnya. (AH/ADV/DISPORA)

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0821-522-89-123 atau email: hariankaltim@ gmail.com