HARIANKALTIM.COM.– Tragedi berdarah yang menewaskan Rusel (60) dan membuat Anson (55) terluka parah di Dusun Muara Langon, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, hingga kini masih menyisakan tanda tanya besar.
Tepat 33 hari sejak kejadian pada 15 November 2024, publik belum mendapatkan kejelasan terkait langkah pemerintah dan aparat keamanan dalam menangani kasus ini.
Rusel dan Anson menjadi korban nyata dari konflik tambang batubara yang terus merongrong keamanan warga di wilayah eksploitasi sumber daya alam.
Keduanya mempertahankan tanah mereka dari aktivitas korporasi yang diduga merusak, tetapi perjuangan itu berujung pada pengorbanan besar: nyawa dan darah.
Tragisnya, baik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur maupun Kepolisian Daerah Kalimantan Timur belum memberikan pernyataan resmi atau tindakan konkret atas kasus ini.
Hari ini, Koalisi Masyarakat Sipil Kalimantan Timur menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Gubernur, Jalan Gajah Mada, Samarinda.
Aksi yang dimulai pukul 09.00 WITA ini akan berlangsung hingga tuntutan terpenuhi. Konferensi pers akan dilakukan secara daring dan luring, dengan informasi daring menyusul.
“Tragedi ini adalah wajah suram dari abainya negara. Kami tidak hanya menuntut keadilan bagi Rusel dan Anson, tetapi juga bagi warga lain yang terus terancam oleh kejahatan korporasi tambang,” tegas Buyung dari Pokja 30.
Aksi ini diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat untuk bersatu melawan ketidakadilan dan mendesak pemerintah agar lebih peduli terhadap perlindungan warganya.
Ke mana suara negara saat rakyatnya kehilangan nyawa? (RED)