HARIANKALTIM.COM – Kepala BKKBN Kaltim, Sunarto, mengakui bahwa penurunan angka stunting di Kalimantan Timur masih lamban, hanya turun satu persen dari 23,9 persen menjadi 22,9 persen.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, percepatan penurunan stunting masih menjadi tantangan di Bumi Etam.
Untuk mengatasi hal ini, BKKBN Kaltim memfokuskan pencegahan sejak dini, terutama dengan memantau kesehatan remaja putri yang berisiko tinggi.
“Mengatasi stunting harus dimulai dengan mendeteksi pemicunya, dan kami fokus pada keluarga yang berisiko,” kata Sunarto dikutip dari Antara, Senin (26/08/2024).
Pencegahan stunting juga dilakukan dengan memastikan kondisi gizi remaja putri, terutama calon pengantin, agar tidak mengalami anemia yang dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.
BKKBN Kaltim telah meluncurkan program Generasi Berencana (GenRe) dan Bina Keluarga Balita (BKB), serta mengadakan kelas ibu hamil bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat.
Namun, dengan lambannya penurunan stunting, BKKBN Kaltim kini mengubah strategi dengan menerapkan program Seleksi, Dampingan, dan Aksi (SIDAK).
Sunarto optimistis bahwa dengan strategi baru ini dan dukungan berbagai pihak, target penurunan angka stunting menjadi 21,3 persen pada akhir tahun 2024 dapat tercapai.
BKKBN Kaltim juga melibatkan inisiatif Bapak Asuh Anak Stunting untuk membantu anak-anak di daerah terhindar dari risiko stunting.
“Peran kepala keluarga sangat penting dalam mengurangi stunting, terutama melalui kebiasaan makan bersama yang dapat menanamkan pola makan sehat pada anak-anak,” tambah Sunarto. (*/RED)