20 Februari Sempat Terjadi Insiden Kecil, Sebulan Lalu Pejabat Kontraktor Terowongan Samarinda Singgung Soal Keselamatan dan Kualitas

20 Februari Sempat Terjadi Insiden Kecil, Sebulan Lalu Pejabat Kontraktor Terowongan Samarinda Singgung Soal Keselamatan dan Kualitas

DISCLAIMER: Penayangan ulang sebagian atau keseluruhan berita untuk konten akun media sosial komersil harus seizin Redaksi

Loading

HARIANKALTIM.COM – Sekitar sebulan lalu, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, atau PT PP, kontraktor proyek Terowongan Samarinda, menegaskan komitmennya terhadap keselamatan proyek senilai Rp395,9 miliar yang menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin dan Jalan Kakap.

Pada 3 April 2025, Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, menyatakan bahwa percepatan pengerjaan Terowongan Samarinda tidak mengesampingkan keselamatan dan kualitas.

“Dengan adanya penerapan inovasi NATM, durasi pengerjaan proyek dapat dipersingkat secara signifikan tanpa mengurangi aspek keselamatan dan kualitas konstruksi,” tulis Joko, kala itu, dalam siaran pers di situs resmi perusahaan.

NATM (New Austrian Tunneling Method) adalah metode penggalian terowongan yang disesuaikan dengan kondisi geologi setempat dan memungkinkan pekerjaan dilakukan secara paralel, termasuk galian, pelapisan dasar (invert), dan pelapisan dinding (lining).

Pernyataan tersebut terasa relevan setelah insiden kecil pada 20 Februari 2025 di sisi kiri inlet. Tim teknis merespons cepat dengan memasang penguat lereng berupa shotcrete dan rockbolt.

Langkah lanjutannya, pemetaan geologi dilakukan pada 18 April–3 Mei untuk menilai stabilitas lereng.

Namun, pada Senin, 12 Mei 2025, hujan deras sejak dini hari memicu longsor di lereng kanan inlet—area di luar zona hak guna bangunan (ROW) proyek.

Sekitar pukul 09.17 WITA, longsoran menimbun sebagian area kerja dengan estimasi volume 150 meter kubik dan luas 210 meter persegi.

Evaluasi menunjukkan lereng terdiri dari tanah lepas dan batuan lapuk. Curah hujan tinggi sejak pukul 04.00 WITA menyebabkan kejenuhan tanah hingga memicu pergerakan massa.

Sebagai respons, tim menutup lereng dengan terpal dan menutup akses ke inlet sementara waktu untuk mencegah longsor susulan. Pada pukul 12.00 WITA, situasi dinyatakan terkendali, meskipun lereng mengalami kerusakan berat.

Pemetaan sebelumnya mengidentifikasi bagian atas lereng—khususnya di luar ROW—tersusun dari talus deposit, material longsoran lama yang mudah tergerus. Kondisi diperburuk oleh kemiringan curam dan hujan intens.

Dalam pers rilis Diskominfo Samarinda yang dikutip HarianKaltim.com, Selasa (13/05/2025), pemerintah menegaskan bahwa longsor tidak berdampak pada struktur utama terowongan. Namun, penanganan tetap dilakukan sebagai bentuk mitigasi risiko keselamatan.

Pemulihan dilaksanakan dalam tiga tahap: pembersihan material longsor, pembongkaran shotcrete lama, dan pemasangan ulang sistem penguat berupa shotcrete dua lapis, wiremesh, dan rockbolt.

Selama pemulihan, aktivitas konstruksi di inlet dihentikan sementara dan akan dilanjutkan setelah lereng dinyatakan aman.

Pemerintah dan kontraktor menargetkan pemulihan rampung sesegera mungkin agar tidak mengganggu jadwal operasional terowongan pada pertengahan 2025.

Terowongan Jalan Sultan Alimuddin–Kakap merupakan terowongan jalan pertama di Kalimantan Timur yang didanai dari APBD kota.

Dengan panjang 400 meter dan lebar 10 meter, proyek ini sepenuhnya digarap oleh tenaga lokal dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan.

Saat berkunjung ke Samarinda pada Februari lalu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengapresiasi proyek ini sebagai solusi kemacetan dan bagian dari pemerataan pembangunan di Kalimantan Timur. (TIM)

Permintaan ralat, koreksi, revisi maupun hak jawab, silakan WA 0821-522-89-123 atau email: hariankaltim@ gmail.com