Mengemban tugas menjadi seorang tokoh masyarakat memang tidak mudah.
Selain dikenal banyak orang karena jabatannya, pengalaman pun patut diperhitungkan.
Baik pengalaman berorganisasi muapun bersosialisasi kepada masyarakat.
Demikian halnya menjadi ketua RT yang merupakan sarana penghubung yang paling dekat antara masyakarat dan pemerintah secara langsung.
Tugas dan kewajiban ketua RT adalah untuk menjaga keamanan lingkungan sekitarnya serta tercapainya kesejahteraan masyarakat dan juga harus menjalankan hak, tugas dan fungsinya sebagai pengurus masyarakat.
Amanah inilah yang diemban Abdul Wahid, Ketua RT 10 Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, selama 5 tahun.
“Awalnya tidak mudah. Saya jadi ketua RT itu karena belum punya pengalaman, tapi dulu sudah aktif di dalam kegiatan RT, kepemudaan, dan pengajian. Akhirnya warga percaya dan memilih saya jadi ketua RT,” ujar Abdul Wahid.
Selama menjadi ketua RT, dia sudah mengoleksi prestasi di lingkup Kelurahan Bukit Biru.
Ia berhasil membawa RT 10 meraih penghargaan juara umum takbir keliling selama 3 kali berturut-turut, dan menjuarai lomba habsyi.
Ayah dari dua orang anak ini selalu mensyukuri apa yang telah menjadi takdirnya.
Saat ditanya suka dukanya dalam memimpin masyarakat, pria berusia 41 tahun ini mengaku sangat menikmati menjadi seorang ketua RT.
Menurutnya bisa membantu orang dan berbaur dengan masyarakat mempunyai kesan tersendiri.
“Niatnya ibadah. Saat jadi pemimpin saya menyampaikan kebaikan kepada masyarakat. Berpedoman dari figur seorang pemimpin. Apabila pemimpin ini bisa memberikan contoh yang baik kepada warganya maka mereka akan patuh,” jelasnya.
Soal duka, ia tidak merasa kesusahan dalam mengatur warga.
Hanya saat ada kesalahpahaman antarwarga, terkadang membutuhkan bantuannya untuk menemukan solusi.
Tak hanya itu, ketika ada warga pendatang yang berbuat onar, Abdul Wahid pun tak jarang turun tangan untuk melerai.
Honor yang didapatkan awalnya Rp500 ribu, hingga saat ini menjadi Rp750 ribu sebagai ketua RT.
Uang ini biasanya disebut sebagai uang transport dan operasional.
Saat ini ada 30 kepala keluarga (KK) yang ia bina di RT 10.
“Alhamdulillah semua di sini sudah tercukupi, program-program yang disusun pemerintah daerah sudah dijalankan dengan baik,” pungkasnya. (*UPK)