HARIANKALTIM.COM – Kesulitan ekonomi masih dirasakan oleh sejumlah warga Kampung Merancang Ilir, Kecamatan Gunung Tabur. Keterbatasan penghasilan sebagai buruh tani membuat sebagian masyarakat kesulitan membangun rumah yang layak huni.
Di kampung ini, masih terdapat beberapa rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Warga sangat berharap adanya program bedah rumah dari Pemerintah Kabupaten Berau.
Salah satu warga RT 1, Erna Suka, mengungkapkan bahwa ia bersama keluarganya telah tinggal di gubuk sederhana di tepi Sungai Merancang Ilir selama hampir 10 tahun.
“Saya sangat berharap mendapatkan bantuan bedah rumah dari pemerintah daerah. Kondisi rumah saya yang terletak di pinggir sungai ini sangat memprihatinkan. Ketika pasang besar, kami terpaksa mengungsi karena air masuk ke dalam rumah,” ujar Erna dengan nada penuh harap.
Kepala Kampung Merancang Ilir, Zulfikar, menyatakan bahwa kondisi ekonomi warga yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani menjadi penyebab tingginya jumlah rumah tidak layak huni di wilayah tersebut.
“Alhamdulillah, 2024 tadi, pemerintah kampung telah menganggarkan rehabilitasi untuk 20 rumah warga. Namun, saat ini masih ada empat rumah di kawasan pinggir sungai yang kondisinya sangat tidak layak. Sayangnya, kami tidak dapat membantu karena terbentur aturan dari pemerintah daerah,” jelas Zulfikar.
Zulfikar berharap Pemerintah Kabupaten Berau dan dinas terkait dapat memberikan perhatian khusus untuk membantu warga yang benar-benar membutuhkan.
“Sebagai kepala kampung, saya sangat berharap agar pemerintah daerah bisa membantu merehabilitasi empat rumah tersebut. Kami dari pihak kampung tidak dapat berbuat banyak karena terbentur aturan yang berlaku. Besar harapan kami agar rumah-rumah tersebut segera mendapatkan bantuan,” pungkasnya.
Pak Ris, salah satu warga setempat, juga menyampaikan apresiasinya terhadap Zulfikar yang dinilai peduli terhadap warganya.
“Kami berterima kasih kepada Pak Zulfikar yang sudah membantu masyarakat, bahkan secara pribadi. Beliau mengorbankan rumah pribadinya untuk dibongkar, mengambil material yang masih layak pakai, dan menghibahkan tanah miliknya untuk merelokasi warga yang tinggal di pinggir sungai. Itu sangat mulia dan patut diapresiasi,” ujar Pak Ris. (SURYA)