HARIANKALTIM.COM – Pembangunan ekonomi berbasis pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif menjadi salah satu misi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar).
Salah satu implementasinya adalah pembangunan Gedung Ekonomi Kreatif (Ekraf) di Kawasan Tuah Himba, Kota Tenggarong.
Saat ini, bangunan yang berlokasi tak jauh dari kompleks perkantoran Pemkab Kukar itu telah dilanjutkan penyelesaiannya meski sempat mangkrak dan dilaporkan ke Kejati Kaltim.
Pada APBD murni 2024 ini, dana yang digelontorkan sebanyak Rp11,4 miliar, dengan pekerjaan dilaksanakan oleh CV Entha Wardhana.
Item pekerjaan besarnya antara lain perbaikan dinding, lantai hingga pemasangan penambahan dua pilar utama.
“Insya Allah sekitar 1-2 minggu lagi pekerjaan kami selesai 100 persen, sekarang tinggal finishing,” ungkap Direktur CV Entha Wardhana, Aditya saat dijumpai awak media di lokasi proyek tersebut, Senin lalu (23/09/2024).
Dari pantauan media ini, masih terdapat beberapa bagian bangunan maupun prasarana penunjang yang perlu dibenahi.
Di antaranya jalan masuk untuk menghubungkan area parkir dan gedung masih terlihat berupa tanah berlumpur, begitu pula penyempurnaan landscape di sekitar lokasi.
Ketika ditanya mengenai perkiraan tambahan anggaran yang dibutuhkan agar gedung bisa diresmikan, Aditya memperkirakan jumlahnya hampir sama dengan anggaran yang sudah dialokasikan saat ini.
“Mungkin sekitar Rp11 miliar,” sebut pengusaha muda yang ramah ini.
Dari informasi yang diperoleh Hariankaltim.com, Gedung Ekraf akan kembali mendapat alokasi pada APBD perubahan 2024 ini hingga APBD murni 2025 mendatang.
Pembangunan Gedung Ekraf ini bertujuan menyediakan ruang bagi pelaku ekonomi kreatif, baik dari kalangan seni maupun usaha, untuk berekspresi dan berinovasi.
Bupati Edi Damansyah dan Wakil Bupati Rendi Solihin berharap gedung ini dapat menjadi fasilitas bagi pelaku seni dan ekonomi kreatif di Kukar untuk saling berkolaborasi dan memproduksi karya yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
BERMASALAH
Sebelumnya, pada tahap awal pembangunan tahun anggaran (TA) 2021, proyek ini dikerjakan oleh PT Mahakam Lembu Mulawarman yang beralamat di Samarinda, dengan nilai kontrak Rp12,9 miliar dan pembayaran telah dilakukan 100 persen.
Namun, pada TA 2022, ketika dilanjutkan oleh PT Dutra Anugerah Sukses dengan kontrak Rp9,8 miliar, pekerjaan hanya selesai 32,183 persen sebelum kontraknya diputus.
Dugaan pun muncul bahwa seorang kontraktor berinisial L, yang diduga meminjam perusahaan orang lain, telah mengerjakan proyek ini sejak awal.
Tak hanya Gedung Ekraf, L juga disebut-sebut terlibat dalam proyek pembangunan Gedung Pencak Silat di Tenggarong yang juga mengalami kendala.
Pertanyaan pun muncul di kalangan kontraktor: mengapa L selalu dipercaya menangani proyek-proyek besar di Kukar, meski sering mengalami masalah?
Beredar kabar bahwa L memiliki kedekatan dengan lingkaran kekuasaan di daerah tersebut.
Namun rupanya tak hanya L, ada lagi inisial S yang disebut-sebut juga memiliki privilege.
“Dia (S) ‘kan dekat dengan Pak Haji, proyeknya memang besar-besar,” ujar sumber media ini menyebut nama ‘Pak Haji’ yang kondang di kalangan kontraktor Kukar, dan juga pernah menjadi saksi persidangan kasus fee proyek. (TIM)