HARIANKALTIM.COM – Bisnis jual beli buku di sekolah seakan sudah menjadi rahasia umum.
Kerap muncul setiap tahun ajaran baru, menjadi momok meresahkan bagi sebagian besar orang tua wali murid.
Parahnya lagi, banyak di sekolah negeri yang masih saja melakukannya meski telah ada larangan, namun modusnya menggunakan ‘tameng’ paguyuban kelas yang notabene orang tua murid sebagai pihak yang menjual buku pelajaran.
Namun fakta di lapangan, para oknum gurulah yang berperan utama menjual, menagih siswa hingga berhubungan aktif dengan pihak penerbit.
Pemberitaan Hariankaltim.com terkait hal ini beberapa waktu lalu menuai banyak komentar dari para netizen yang nyaris semuanya tak berkenan dengan adanya bisnis buku di sekolah.
Mereka rame-rame membongkar dugaan kongkalikong antara pihak di lingkungan sekolah dengan pihak penerbit.
Ada netizen yang menyinggung soal bonus, bahkan hingga acara gathering sekolah (tanpa siswa) yang disponsori penerbit buku.
Lantas apa dan bagaimana tanggapan pihak penerbit?
Awak media telah menghubungi pihak penerbit Erlangga perwakilan Samarinda lantaran disebut pernah memberikan ‘support‘ sekolah melaksanakan Family Gathering di Balikpapan.
Pihak Erlangga tak membantah, hanya saja kegiatan itu disebut pelaksanaannya beberapa tahun yang lalu. (TIM)