Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan provinsi penghasil gas alam terbesar di Indonesia.
Meski demikian, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera yang telah beroperasi sejak 2009, baru menggunakan gas pada Senin (30/7/2018).
PLTG yang berlokasi di kawasan jalan poros Samarinda – Bontang ini sebelumnya mengandalkan solar untuk pengoperasiannya.
Meski dibangun pada 2008 silam, namun sejak 2014 dicoba beralih ke gas secara bertahap.
Hingga baru bisa diresmikan empat tahun kemudian atau saat ini.
Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan ada banyak kendala yang menyebabkan sulitnya penyaluran gas hingga ke PLTG Sambera.
Menurutnya kendala paling utama adalah infrastruktur.
Lokasi PLTG yang jauh dari sumber gas membuat PLN tidak mungkin membangun pipa gas.
Untuk itu, saat ini PLTG Sambera menggunakan regasifikasi Liquid Natural Gas (LNG) dengan moda transportasi truk.
Sistem ini merupakan yang pertama di Indonesia.
“Kalau mau bangun pipa, ini lokasinya jauh, tidak ekonomis. Dengan sistem transportasi truk ini, sekarang dibuktikan bahwa daerah luar bisa. Ini mini scale,” ujarnya.
Untuk itu LNG trucking tersebut menjadi solusi yang dinilai cukup ekonomis menjangkau daerah yang jauh dari sumber gas.
Bahkan menurut Djoko saat ini akses jalan dari sumber gas yaitu Bontang ke PLTG Sambera di Samarinda telah banyak dibenahi.
24 TRUK SETIAP 2 JAM
Menurut Djoko, dulunya terdapat salah satu jalan yang dijuluki Bukit Menangis.
Sebab, kemiringan jalan mencapai 40 derajat.
Saat ini kualitas jalanan tersebut telah dibenahi sehingga menyisakan 20 derajat.
Nantinya ada 24 truk yang bergantian datang ke PLTG Sambera setiap 2 jam sekali.
“Gasnya ngambil dari Bontang. Sekitar 85 km dari sini, jarak tempuh 3 jam,” ujarnya.
PLTG Sambera diharapkan menjadi percontohan bagi PLTG lain yang kini tengah dikembangkan PLN.
Djoko menyebutkan jika pembangkit listrik beralih dari solar ke gas maka beban produksi PLN juga akan berkurang. Sebab, biaya untuk perawatan PLTG jauh lebih murah.
Di tempat yang sama, Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN, Machnizon, mengatakan dengan sistem ini PLN dapat menekan Biaya Pokok Produksi (BPP) hingga mencapai 38 persen.
“Dengan masuknya LNG, PLN dapat menghemat biaya energi primer sebesar Rp 70 Miliar per tahun. Penggunaan LNG juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit sebesar 38 persen,” kata Machnizon.
Hadirnya PLTG ini jelas memberikan dampak positif bagi warga Kaltim.
Salah satunya adalah kian meningkatnya akses jangkauan terhadap layanan listrik.
Tapi perlu dicermati pula bagaimana dampaknya terhadap jalan raya akibat kian tingginya mobilitas di jalur Samarinda – Bontang.
Baik dari kualitas jalan maupun keselamatan para pengguna jalan raya.